Dalam beberapa tahun terakhir, tren budaya pop dari tahun 90-an kembali merajalela. Dari mode pakaian, musik, film, hingga mainan klasik seperti Tamagotchi dan kaset pita, semuanya mendapat tempat istimewa di hati banyak orang—terutama generasi milenial. Tapi kenapa tren nostalgia ini begitu kuat dan selalu laku di pasaran?
Fenomena ini dikenal sebagai “nostalgia marketing”, sebuah strategi pemasaran yang memanfaatkan kenangan masa lalu untuk membangkitkan emosi positif konsumen. Ketika seseorang melihat barang atau konten dari masa kecilnya, otak memicu perasaan nyaman, aman, dan bahagia. Dalam dunia yang makin cepat berubah dan penuh tekanan, mengenang masa lalu memberi semacam pelarian emosional.
Selain itu, banyak orang yang tumbuh di era 90-an kini telah menjadi kelompok usia produktif dengan daya beli yang besar. Mereka tidak hanya memiliki keinginan untuk kembali ke masa lalu secara emosional, tapi juga kemampuan finansial untuk “membeli” nostalgia tersebut, entah lewat koleksi, konser reuni, atau re-boot film lama.
Faktor lainnya adalah media sosial, yang mempercepat penyebaran tren dan memungkinkan komunitas nostalgia saling berbagi kenangan kolektif. Tagar seperti #90skid atau #Throwback menjadi wadah virtual untuk merayakan masa lalu.
Kesimpulannya, nostalgia bukan sekadar tren musiman. Ia adalah alat yang kuat untuk membangun koneksi emosional di tengah dunia digital yang sering terasa dingin dan cepat berubah. Tak heran, konten dan produk yang bernuansa 90-an masih akan terus laris manis di tahun-tahun mendatang.